Sudah berapa lama aku memiliki
rasa ini? Rasa yang sudah lancang yang hampir membuat hidupku hancur dan
terpuruk dalam kelamnya kehidupan. Satu tahun lebih aku memendam rasa ini dan
satu tahun lebih juga aku belum menyatakannya. Rasa ini masih setia berada di
tempatnya walaupun aku hanya bisa diam. Aku hanya bisa diam dan memandangmu
dari kejauhan, melihatmu tertawa, melihatmu saat bertindak bodoh dan melihatmu
saat berduaan dengan kekasihmu dan aku melakukannya dengan diam.
Kenapa aku diam? Tentu karena aku
terlalu takut, takut cintaku tak terbalas dan itu memang jawabannya. Aku sudah
mengertahui jawabannya ketika aku pertama kali mencintaimu. Inilah kesalahanku,
aku sudah mengetahui jawabannya namun aku terus maju tanpa tahu malu. Rasa ini
memang sudah terlalu lama terpendam dan terkadang rasa ini memberontak ingin
bebas namun, mulutku tak sependapat.
Sudah berapa air mata yang ku
jatuhkan untuknya? Tak terhitung tentunya. Aku ingat dimana hatiku rasanya
ingin menangis. Ketika pertama kalinya aku melihat kau sedang berduaan dengan
kekasihmu. Saat itu memang, sebisa mungkin aku menahan air mataku agar tak terjatuh
tetapi, hati memang tak bisa berbohong. Dadaku terasa sakit seakan cintaku
sudah yakin jika tak akan terbalas.
Aku menangis, aku tersenyum, aku
bahagia, dan bahkan saat aku sudah tidak ada disini lagi, kau tak akan pernah
melihatku. Kau tak pernah melihatku dengan mata hatimu. Bagaimana bisa kau
melihatku dengan mata hatimu jika kau hanya melihatku sebentar dengan mata
kecilmu itu.
Jika aku bisa memutar sebuah
waktu, aku akan memilih dua pilihan. Pilihan pertama, aku tidak ingin
mengetahuinya dan jika pilihan pertama gagal, tentu aku akan memilih pilihan
kedua yakni, aku tetap mencintainya namun aku bisa berbicara dengannya. Ya,
selama ini aku hanya mencintainya tanpa berinteraksi sebelumnya. Bagaimana
bisa? Aku juga tidak tahu rasa ini terus saja bertahan.
Sejujurnya, jika memang cinta ini
tidak bisa ia balas, aku hanya ingin mengobrol dengannya walaupun hanya sekali
aku tak apa itu sudah cukup untukku. Aku iri dengan teman-temanku yang bisa
dekat dengannya, tertawa dengannya, bahkan dicubit olehnya. Terkadang terlintas
dipikiranku ‘mereka saja bisa kenapa aku enggak?’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar