Title : Gone
Author : Dee
Rate : T
Cast : Kai, Sehun, Lee Yoora (OC)
Genre : Horror, Romance
Ini ff buat Nur Ulima Rusmayani special
hadiah ulang tahun sweetseventeen. Maaf gak bisa, tepat waktu ngasihnya. Semoga
kamu suka, maaf kalo kurang berkenan dihati.
*****
Sang rembulan bercahaya begitu indah dengan bintang-bintang
di sekelilingnya. Semakin malam suhu udara semakin berada di titik terbawah.
Hawa dingin dengan semilir angin yang standar membuat jalan yang tak ada
seorang pun berani melewatinya semakin terlihat ‘asing’.
Ketika mentari masih di langit
biru, jalan itu memang terlihat seperti jalan biasa mungkin jauh lebih indah
nan sejuk. Banyak pohon-pohon yang berdiri kokoh di tepi jalan dan angin
berhembus konstan. Namun, keadaan berbalik ketika senja tiba, tak ada lampu
jalan yang menerangi hanya bermodalkan cahaya rembulan saja dan angin juga
berhembus kencang membuat pohon-pohon menari dengan riangnya.
Dan di malam yang cukup dingin
itu, seorang gadis yang masih berseragam sekolah sedang berjalan seorang di jalan
tersebut. Gadis bername tag ‘Lee Yoora’ itu, merasakan bulu-bulu romannya
berdiri, keringat dingin mulai membanjiri badannya.
Dia takut, langkah kakinya
sedikit ia percepat, tetapi ia seakan semakin menjauhi jalanan yang cukup ramai
penduduk. Setelah beberapa menit lamanya berjalan dengan hati yang waswas,
Yoora pun sampai di depan tempat persinggahannya.
Badan Yoora terasa berat dan
lengket. Dia pun bergegas menuju kamar mandi untuk merilekskan otot-otot
tubuhnya. Dia lepaskan seragam yang menganggunya dan gemericik air mulai
membasahi tubuhnya, aroma mawar pun memenuhi kamar mandi itu.
Yoora keluar sudah dengan pakaian
santainya, dia merasa ada yang mengikutinya, dia menoleh tapi tak ada seorang
pun. Langkah kakinya menuju meja rias untuk menyisir dan memeberi sedikit
sentuhan pada wajahnya.
Saat melihat ke arah kaca rias,
Yoora melihat sesosok lelaki yang berdiri di belakangnya. Yoora menoleh sigap,
memastikan siapa lelaki yang dilihatnya. Dan hasilnya tak ada seorang pun
disana, keringat-keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya untuk kedua kalinya.
Terdengar suara bisikan ‘Tolong aku’ yang sedikit menganggu pendengaran Yoora.
‘Kau siapa? Tolong perlihatkan
padaku’ pinta Yoora dengan nadaa sedikit ketakutan. Tak lama kemudian, sesosok
remaja laki-laki berada di depannya dengan tersenyum manis.
‘K..kkaa…kau ss..siiaa…siapa?’
tanya Yoora takut dengan langkah kaki yang menjauhi anak laki-laki itu.
‘Kau tak perlu takut. Aku Kim
Jongin atau kau bisa memanggilku Kai. Lalu siapa namamu?’ Jawabnya santai.
‘A..add..ada keperluan apa kau
kemari? Aku Yoo..yoora…Lee Yoora.’
‘Aku ingin meminta tolong
padamu.’
‘meminta tolong apa?’
‘Bisakah kau membantuku mencari
jasadku, aku ingin disemayamkan dengan selayaknya. Aku tak ingin menjadi arwah
penasaran seperti ini secara terus-menerus.’
Yoora berfikir sejenak,
menimbang-nimbang resiko apa saja yang bisa ia terima. Namun, setan bernama Kai
itu menampakkan wajah manisnya kepada Yoora sehingga membuat hati Yoora luluh
dan kemudian memutuskan untuk membantu Kai.
‘Hmmm… Baiklah tapi ada satu
syarat yang aku minta.’
‘Apa itu?’ tanyanya antusias.
‘Kau tidak boleh datang tiba-tiba
dan kau jangan mengikutiku ketika aku berada di kamar mandi.’
‘Hanya itu? Itu bukan perkara
yang sulit. Aku akan menuruti apa semua maumu asalkan kau mau membantuku.’ Dan
lagi, Kai menunjukkan senyum manisnya.
‘Lalu mengapa kau memilihku?’
Yoora mulai beranjak dari meja rias dan duduk di tepi ranjang dan diikuti
dengan Kai yang juga duduk di samping Yoora.
‘karena kau begitu menarik
perhatianku sejak aku melihatmu di jalan itu.’ Mendengar perkataan Kai, wajah Yoora seketika berubah menjadi
merah bak buah strawberry yang siap untuk dipetik.
‘Mukamu merah, apakah ada yang
salah dengan perkataanku?.’
‘Tunggu !! kau melihatku di jalan
‘itu’? jangan bilang jika kau adalah penunggu jalan itu.’
‘Iya, aku memang tinggal di jalan
itu.’
‘kalau aku boleh tahu, kau
meninggal karena apa?’
‘Aku dibunuh oleh seseorang. Aku
tidak bisa menceritakannya padamu.’
‘Baiklah, aku mau tidur. Kau
pergilah.’
Dalam sekali kedipan mata Kai
menghilang dalam kegelapan malam. Yoora merebahkan tubuhnya dan menarik
selimutnya hingga leher. Hembusan angin masuk melalui celah jendela Yoora yang
sedikit terbuka, membuat udara di kamar Yoora sedikit dingin dan Yoora pun
mudah untuk memasuki alam mimpinya.
****
Sang mentari terbit dari ufuk
timur memberikan cahaya-cahaya hangat untuk siapapun yang berada di bumi ini,
termasuk Yoora. Yoora terbangun merasakan hangatnya cahaya yang masuk melalui
jendela kamarnya.
Perlahan kelopak mata Yoora terbuka,
bola mata coklatnya melihat seorang lelaki di depan matanya. Yoora tersontak
terbangun melihat Kai yang berada tepat di depan matanya.
‘Selamat pagi Yoora’
‘Apa yang kau lakukan disini Kai,
kau mau membuatku mati dan menemanimu? Haa?’ teriak Yoora yang seketika membuat
pendengaran Kai merasa sakit.
‘Aku hanya ingin mengucapkan
selamat pagi, hanya itu saja.’ Jawab Kai polos.
‘Apa kau tak ingat syaratku
kemarin jika kau tidak boleh datang tiba-tiba? Apakah kau mau aku membatalkan
untuk menolongmu?’
‘Jangan Yoora..jangan..kumohon’
ucap Kai sambil bersujud di kaki Yoora.
‘Bangun Kai !! kali ini aku
memaafkanmu.’
‘Kamshamnida Yoora.’
Yoora segera beranjak dari kasur
menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Tak lama kemudian, Yoora keluar
dari kamarnya dengan pakaian simple. Ya, hari ini adalah hari Minggu jadi Yoora
semua sekolah libur. Yoora memulai misinya untuk membantu Kai.
‘Kita harus memulai dari mana?’
‘Memulai apa? Pertanyaanmu
ambigu, Yoora.’ Kata Kai diiringi dengan cengiran khasnya.
‘Menemukan jasadmu bodoh. Dasar
mesum’
‘Bagaimana kalau kita ke taman
dulu?’
‘Untuk apa kita ke taman? Kau mau
membuatku dianggap orang-orang sebagai orang gila, berbicara sendiri. Sadarlah
kau itu setan. Hanya aku yang bsia melihatmu.’ Yoora memalingkan wajahnya dan
berlalu pergi.
Kai dan Yoora berjalan berdua
melewati aspal hitam berdebu itu, memang hanya satu atau dua orang saja yang
melewati jalan ini. Jadi, tak heran jika Yoora berani berbincang dengan Kai
yang sejatinya adalah seorang hantu.
‘Kai’
‘Hmm.. iya?’ Kai mengarahkan
kepalanya menghadap ke Yoora secara reflex.
‘apa kau merasa kesepian ketika
menjadi hantu?’
‘Menurutmu? Apa aku terlihat seperti orang
yang bahagia? Kau tahu Yoora, aku begitu kesepian, tak ada yang berani melewati
jalan ini. Sekalinya ada yang melewatinya, mereka pasti lari terbirit-birit
karena melihatku. Padahal niatku cuma ingin berteman.’ Jelas Kai dengan wajah
tertunduk murung.
‘Tapi kau berbeda Yoora.’ ucap
Kai tiba-tiba. Mata Yoora membulat, detak jantung Yoora berdetak jauh lebih
cepat.
‘A..ap..apa maksutmu?’
‘kau berbeda dengan beberapa
orang yang kutemui sebelumnya. Kau mau membantuku meski kau tahu jika aku ini
adalah seorang hantu. Terima kasih.’
‘Kau terlalu berlebihan.’
Berjalan berdua bersama Kai. Ya
hanya bersama Kai. Mereka berjalan berdampingan, saling menoleh satu sama lain
dan bola mata mereka bertemu. Masing-masing bola mata mereka berbinar
menunjukkan sebuah kebahagian yang mereka rasakan.
Tak terasa langit sudah dihiasi
dengan goresan-goresan garis orange kemerah-merahan. Senja telah tiba, dimana
sanga surya harus berpamitan untuk meninggalkan bumi dan segera digantikan oleh
rembulan.
Yoora dan Kai berjalan menuju
tepi danau dekat jalan aspal. Mereka berdua menyaksikan detik-detik sang surya
menenggelamkan dirinya.
‘3…2…1’
Goresan orange itu mulai pudar,
sang rembulan mulai nampak di langit sana. Cahayanya tak kalah indah dari sang
surya. Karena hari sudah mulai gelap, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah.
****
Pagi ini tak secerah pagi
kemarin, awan-awan hitam membalut birunya langit, suhu di kota juga naik
seperkian derajat,membuat orang yang berada di halte memakai pakaian tebal
tidak terkecuali Yoora.
Dia menunggu kedatangan bis yang
akan membawanya ke sekolah. Dia eratkan mantel tebal yang membalut tubuh mungilnya,
sesekali dia juga menggesekan kedua telapak tangannya.
Bis yang ditunggu tak kunjung
datang, sedangkan waktu terus berputar. Jam sudah menunjukkan 06.45 dan itu
tandanya pelajaran akan segera dimulai.
Tiba-tiba sesosok namja yang juga
berseragam sama dengan Yoora memberhentikan motornya di hadapan Yoora. Namja
itu membuka helmnya agar mudah dikenali oleh Yoora.
‘Yoora, bagaimana kalau berangkat
bersamaku? Kita tinggal 10menit lagi dan bis yang kau tunggu sekarang tidak
kunjung datang.’ Ajak namja itu dan Yoora sedikit memikirkan tawaran namja itu.
‘Apa tidak masalah?’
‘Tentu. Naiklah dan pakailah
ini.’ Jelas namja itu seraya memberikan helm kepada Yoora.
Tak menunggu lama, mereka berdua
sudah berada di gerbang sekolah dan segera memakirkan motornya di tempat yang
disediakan.
Di tempat parkir, Yoora tidak
terlalu banyak bicara dengan namja itu. Karena memang Yoora tidak terlalu
mengenalnya, namja itu terlihat begitu dingin sehingga tak banyak anak yang
berani mendekatinya.
‘terima kasih, se…se..’ Yoora
sedikit lupa akan nama namja itu.
‘Oh Sehun.’
‘oh ya aku lupa. Mianhae.’
‘Ah gwenchana.’
‘hmm.. kita jarang bertemu.’
‘Ne, apakah kamu merasa
kedinginan?’
‘tidak.’
‘Yoora, bagaimana kalau nanti aku
traktir coklat panas?’
‘Tidak buruk, ya aku akan pergi denganmu.’
'kalau begitu aku ke kelas ya.’
Pamitnya dan berlari
*****
Secangkir coklat panas sudah
berada di masing-masing pandangan mereka. Sesekali mereka meminum coklat panas
itu.
‘aku tidak terlalu mengenalmu.’ Ucap
Sehun memulai pembicaraan.
‘Aku memang hanya gadis biasa
bukan siswa yang famous seperti dirimu.’
‘Ah, aku bisa saja.’
Saat mereka berdua saling
berbincang, terdapat seseorang atau bisa dibilang sehantu yang sedang
memandangi mereka dengan tatapan tajam, tatapan penuh kebencian. Amarahnya
mulai memuncak, dia mulai mendekati sepasang remaja itu dan menumpahkan
secangkir coklat panas milik Sehun di seragam Sehun.
‘Ahh…’ Sehun merintih kesakitan.
‘Kau tak apa?’ tanya Yoora
khawatir.
‘Tak apa.’ Yoora membersihkan
noda-noda di seragam Sehun dengan tisu yang tersedia. Yoora pun masih heran,
bagaimana bisa secangkir coklat panas tumpah dengan sendirinya tanpa ada orang
yang lewat ataupun hembusan angin.
Yoora melihat sekeliling mereka
dan mendapati Kai yang berada di sisi lain kafe itu. Yoora yakin jika yang
melakukan itu. Yoora berbalik menatap mata Kai, mata mereka saling beradu bukan
kebahagian namun sebuah amarah yang sedang berkobar.
Yoora meminta Sehun untuk
meninggalkan kafe dan mengantarnya pulang. Suasana di kafe membuatnya kurang
nyaman.
****
Dibuka perlahan pintu kayu
kamarnya. Yoora berjalan menuju kasur dan merebahkan tubuh mungilnya seraya
menarik selimut hingga dada.Dia pejamkan kelopak matanya dan merasakan tubuhnya
sudah berada di alam bawah sadar.
Sekarang, Yoora sudah berada di
jalan dimana dia pertama kali bertemu Kai, namun ada yang sedikit berbeda dari
jalan itu. Ada banyak orang yang berani berlalu lalang disana, lampu jalan juga
berfungsi dengan baik.
Yoora berjalan menuju danau yang
dia kunjungi bersama Kai sebelumnya. Betapa terkejutnya Yoora ketika melihat
pria tampan bepostur tinggi berada disana. Yoora mendekatinya dan menepuk bahu
pria itu.
‘Sehun-ssi’
‘Ah, kau sudah datang rupanya.
Kau begitu cantik hari ini.’
‘Terima kasih, kau juga begitu
tampan.’
Mereka sedikit
berbincang-bincang, tak menunggu waktu lama Sehun berdiri yang ebrencana Yoora
ke tempat lain. Sehun sedikit menarik tangan Yoora namun titik tumpuh Yoora
terlalu berat sehingga tidak bisa menariknya.
Dan tidak beruntungnya, Sehun
tergelincir dan jatuh ke danau yang cukup dalam itu. Yoora pun panic, dia tak
tahu apa yang harus dia lakukan. Kaki Sehun kram, Yoora semakin panic. Dia
terus berteriak untuk mencari bantuan tetapi bantuan tak kunjung datang.
‘Sehun…sehun..sehun.’
Yoora membuka matanya, keringat
sudah mengguyur tubuhnya dan tanpa di duga Kai sudah berada di depannya dengan
tatapan judes.
‘BISAKAH KAU JANGAN SEBUT NAMA
ITU DI HADAPANKU. AKU TIDAK SUKA JIKA KAU DEKAT-DEKAT DENGANNYA.’
‘siapa maksutmu? Sehun? lalu
kenapa jika aku mendekati Sehun? Lalu apa alasanmu menumpahkan coklat panas di
baju Sehun? Apa? Haa?’ mereka berdua saling beradu mulut tidak mau kalah satu
sama lain.
‘e..e..e..KAU TIDAK PERLU
MENGETAHUI APA ALASANKU MEMBENCI LELAKI ITU. LEBIH BAIK KAU SEGERA TEMUKAN JASADKU!!!’
‘DASAR HANTU ITEM. Udah minta
tolong malah ngelunjak.’
‘Terserah kau saja, yang penting
aku sudah mengingatkanmu jangan dekat-dekat Sehun, aku tidak suka.’ Kai
menghilang tanpa permisi. Yoora merasa ada yang aneh dengan sikap Kai. Kai
biasanya bersikap baik kepada dia, namun saat dia berbicara mengenai Sehun, Kai
marah besar.
****
Pagi-pagi sekali, Yoora sudah
menunggu Sehun di depan kelasnya. Tak perlu menunggu waktu lama, Sehun sudah
tiba. Yoora menarik tangan Sehun dan membawanya ke taman sekolah.
‘Sehun-ssi.’
‘ne, kenapa kau mengajakku
kemari?’
‘aku ingin bertanya padamu,
bolehkah?’
‘tentu boleh.’
‘apa kau mengenal Kai?’
DEG
‘A..ak.aku? K..ka..kai?’
‘Iya, kau dan Kai. Apa kau
mengenal Kai?’
‘Engg..ti..ddaa..kk. Aku baru
ingat jika ada tugas yang belum aku selesaikan, aku kembali ke kelas ya
Yoora.’Sehun meninggalkan Yoora dengan
raut wajah yang memancarkan ketakutan. Yoora bingung melihat tingkah
laku dari Sehun pagi ini.
Sehun berlari tergesa-gesa, dia
tidak menyadari jika tas terbuka, salah satu bukunya terjatuh ke lantai. Yoora
yang melihat buku Sehun terjatuh, segera mengambilnya dan membawanya. Yoora
berencana untuk mengembalikannya keesokan hari karena hari ini Sehun terlihat
tidak enak badan.
****
Sang surya sudah hampir berada di
arah barat, sinar-sinar orange juga mulai bermunculan. Dia memutuskan untuk
berjalan di jalan angker itu. Dia ingin membuktikan apa yang sedang terjadi
sebenernya.
Yoora mengingat tempat-tempat
yang ada di dalam mimpinya semalam, dia ikut jalan di tepi danau hingga
akhirnya dia melihat Kai yang sedang duduk termenung.
‘Kai.’ Sapa Yoora lembut.
‘untuk apa kau kesini?’
‘aku hanya ingin menemuimu, apa
tidak boleh?’
‘TIDAK!’ bentak Kai.
‘ada apa denganmu Kai?’
‘Aku tidak suka kau dengan
Sehun.’
‘Aku dan Sehun hanya sebatas
teman biasa.’
‘Lalu mengapa kau tidak menyukai
Sehun?.’ Kai terdiam sesaat, dia terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan
Yooora.
‘Sehun itu orang jahat. Aku tidak
suka kau bersama Sehun.’ dan lagi, Kai pergi tanpa permisi, meninggalkan Yoora di
tempat sepi.
****
Cahaya sang rembulan masuk
melalui celah-celah jendela kamar, memberikan penerangan di kamar Sehun. Sehun
yang asyik dengan laptopnya, tidak pernah memperdulikan sang bintang maupun
rembulan di luar sana.
Hembusan angin semilir dari jendelanya,
membuat gorden-gorden kamarnya tertiup terbawa angin. Suasana kamarnya mulai
sedikit berubah, lampu kamarnya tiba-tiba redup, bulu romannya berdiri hebat,
dan keringat dingin mulai membasahinya.
Dilihat sekeliling kamarnya dan
bertapa terkejutnya dia ketika bola mata coklatnya menangkap sesosok lelaki
yang sedang berdiri dengan tatapan penuh kebencian. Bercak-bercak merah di
pakaian lelaki itu serta sekujur
badannya dipenuhi oleh cairan kental berwarna merah itu.
Wajahnya juga berlumuran darah sehingga
wajahnya sulit untuk dikenali. Sehun ketakutan, langkah kakinya mulai menjauhi
lelaki itu namun, semakin dia menjauhi maka lelaki itu akan semakin mendekat.
‘K..kk..kau siapa?.’ ucap Sehun
terbata-bata.
‘Dia tak mengenaliku rupanya.’
Ucap Kai dalam hati diiringi dengan cengiran khasnya.
’Apa yang kau lakukan disini?’
tanya Sehun lagi.
‘Menerutmu?’
‘Aku tak tahu.’
‘Aku ingin bertanya padamu?’
‘B..bb..bertanya a..app.apa?.’
‘Apa hubunganmu dengan Yoora?’
‘aku dan Yoora hanya sebatas
teman. Lalu apa masalahmu? Aku rasa akhir-akhir ini aku menyukai Yoora’ kata
Sehun dengan lantang.
‘KAU JANGAN DEKATI YOORA. AKU
TAHU JIKA AKU ORANG JAHAT.’
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kayu
terdengar, Kai tidak ingin seseorang melihat keadaan tubuhnya seperti ini. Kai
pun memutuskan untuk pergi.
Setelah malam itu, Sehun tidak
masuk sekolah untuk beberapa hari. Badannya demam, suhu badannya meninggi.
Yoora pergi ke kelas Sehun untuk
memastikan apa yang sedang terjadi sebenarnya.
‘Permsii.’ Sapa Yoora kepada
gadis –teman sekelas Sehun-
‘Ne? ada yang aku bisa bantu?’
‘kenapa Sehun tidak masuk
akhir-akhir ini?’
‘dia demam.’
‘Bisakah aku meminta alamat
rumahnya?’
‘Oh tentu.’
Sepulang sekolah, Yoora mampir ke
toko buah untuk membelikan beberapa jenis biah untuk menengok Sehun. Setelah
semuanya selesai, Yoora bergegas cepat menuju alamat yang sudah diberikan teman
Sehun tadi pagi.
Tok tok tok
Yoora mengetuk pintu dari rumah
yang diduga rumah milik Sehun itu. Tak perlu menunggu waktu yang lama, seorang
bibi sudah keluar dengan serbet yang berada di pundaknya.
‘Apa benar ini rumah keluarga
Oh?’
‘Ya noona, apa ada kepentingan?’
‘Aku temannya Sehun, aku ingin
meliaht keadaannya.’
‘Baiklah, mari ikuti saya!’
Kamar Sehun cukup besar,
dilihatnya Sehun yang terbaring lemah di ranjangnya. Yoora mencoba
mendekatinya, wajah Sehun begitu pucat, suhu badannya juga amat tinggi. ul
‘Yoora, apa yang kau lakukan
disini?
‘Menjengukmu.’
‘terima kasih.’
‘sebaiknya kau isitirahat saja.’
‘Ne.’ Sehun memejamkan matanya
dan Yoora tertarik untuk mengeksplor kamar Sehun. Dilihatnya detail kamar Sehun
tetapi ada yang jauh menarik hatinya Sehun yakni buku itu. DIa membuka halaman
setelah dia menemukan foto di dalamnua.
Di halaman itu terdapat tulisan
yang cukup besar ‘Tumbuhan, air, besar’. Yoora kurang mengerti apa maksut dari
tulisan Sehun. Yoora berpamitan kepada bibi yang berada di rumah Sehun dan
bergegas pulang. Seperti biasanya, Yoora pergi ke danau itu. Yoora merasa jika
dia berada di danau itu dia merasa senang.
Dia tempatkan pantatnya di tepi
danau, dia pejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya dan
membuat beberapa helai rambutnya juga terbawa angin.
Dia sedikit membuka matanya dan
mendapati kai sudah duduk disampingnya. Tanpa sadar, kepala Yoora sudah
bersandar di bahu Kai. Nyaman, itu yang dirasakan Yoora ketika bersama Kai.
‘Kai, sebentar lagi aku berulang
tahun?’
‘Lalu? Apa permintaanmu di tahun
ini?’
‘Aku ingin kau selalu berada di
sisiku.’
‘Akan kupastikan aku akan
menuruti permintaanmu.’
‘Terimakasih, Kim Jongin.’ Yoora
menatap wajah Kai dan Kai juga berbalik menatap Yoora. Mata mereka bertemu,
menyatukan benih-benih cinta yang lama tidak ditanam.
Wajah Kai semakin mendekat ke
wajah Yoora, hembusan nafas Kai berhembus di wajah Yoora. Mata Yoora terpejam
ketika bibir Kai kini sudah terpaut di bibirnya. Kai mencium lembut Yoora,
mencium penuh kasih sayang.
Sesaat kemudian, Kai melepaskan
ciumannya dan mendapati wajah Yoora sudah merah merona.
‘Pipimu merah Yoora-ah’
‘Kau membuatku malu.’
‘ah aku ada sesuatu.’ Dia
mengambil suatu buku di dalam tasnya. Dan buku itu adalah milik Sehun yang ia
temukan saat ia ke kelas Sehun.
‘Apa itu?’
‘Buku milik Sehun.’
‘Hnnnghhh..kenapa milik anak
itu?’
‘Aku penasaran apa isinya, buku
ini terlihat sangat menarik.’
‘Lebih baik aku membukanya di
rumah, aku tak mau aku marah kan?’
‘Ah iya, itu ide bagus. Ayo kita
pulang.’ Ajak Yoora.
Jari-jari Yoora berada di
sela-sela tangan milik Kai. Semakin lama mereka meninggalkan danau, genggaman
Kai semakin erat seakan Kai tidak ingin meninggalkan Yoora.
‘Saranghae.’ Ucap Kai dalam
hatinya dengan mata yang masih menatap gadis di sebelahnya.
Sesampainya di kediaman keluarga
Lee, Kai menjauhi Yoora tidak ingin menganggu istirahatnya malam ini. Sedangkan
Yoora segera masuk kamarnya dan memebersihkan badannya.
Yoora sudah mandi, badannya sudah
terlihat jauh lebih segar. Ketika akan berjalan ke tempat tidurnya, Yoora
melihat buku yang menarik hatinya di meja belaharnya.
‘bukannya ini milik Sehun?’ Yoora
mengambil buku itu dan membalik-balikkan halaman-halamannya.
Tangan Yoora terhenti ketika bola
matanya melihat selembar foto yang tertempel di suatu halaman.
‘Dia terlihat seperti Kai, apakah
benar ini Kai?’
Di halaman tersebut terdapat sebuah catatan kecil
bertuliskan ‘Maafkan aku’. Bulu roman milik Yoora mulai berdiri ketika terdapat
bercak darah di sekitar halaman itu.
Yoora menutup reflex dan segera
pergi tidur, yang dia fikirkan kenapa terdapat foto Kai di buku Sehun.
‘Apakah mereka saling mengenal
lalu jika mereka saling mengenal mengapa Kai terlihat begitu membenci Sehun.
Apa yang terjadi sebenarnya?’ batin Yoora.
****
‘Sehun-ssi.’ Teriak Yoora ketika
melihat Sehun memasuki gerbang. Langkah Sehun pun terhenti, menunggu sang
pemilik suara itu datang kepadanya.
‘iya Yoora, ada apa?’
‘Aku ingin bicara padamu tapi
jangan disini.’ Yoora menarik pergelangan tangan Sehun seraya melihat jam
tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah 7.
‘Masih ada waktu, lebih baik kita
berbicara di taman saja.’
Yoora mencari bangku yang ia kira
cukup nyaman untuk mereka berdua berbicara empat mata. Yoora menatap bola mata
Sehun membuat Sehun sedikit salah tingkah.
‘Apa yang ingin kau bicarakan?’
ucap Sehun membuka pembicaraan.
‘Sebelumnya aku ingin
mengembalikan ini padamu.’ Yoora memberikan sebuah buku kepada Sehun.
‘B.bbb..bagaimana buku ini bisa
di kamu?’
‘Kau menjatuhkannya lalu aku
menyimpannya. Maaf jika aku lancing, aku membuka halaman demi halaman bukumu
dan aku menemukan selembar foto ini. Apakah kau mengenalnya?’
‘T..tt..tiida..tidak.’ jawab
Sehun terbata-bata.
‘Kenapa kau tiba-tiba menjadi
gugup? Sehun tatap kedua mataku, tolong jujurlah padaku. Apakah kau mengenal
lelaki itu?’
‘I..iya..’
‘ADA HUBUNGAN APA KAU DENGAN
KAI?’
Sehun berdiri dan beranjak pergi
tanpa menjawab pertanyaan Yoora.
Hari berlalu begitu cepat, Sehun
merasa pikirannya kacau hari ini. Tanpa melepas setelan seragam sekolahnya, dia
berjalan gontai menuju tempat tidurnya.
Ia tatap langit-langit kamarnya
yang sudah berdebu dan banyak bersarang laba-laba. Setelah puas memandangi
alngit-langit kamar, ia edarkan pandangannya pada sekeliling kamarnya.
Pandangan matanya terhenti ketika
melihat sesosok yang taka sing bagi Sehun.
‘K..ka..kai.’
‘Halo Sehun, ternyata kau masih
mengingatku.’ Sapa Kai ramah diingiringi dengan sudut bibirnya yang sedikit ia
tarik ke atas.
‘apa yang kau lakukan disini?’
‘Aku? hanya ingin menyapa sahabat
baikku saja. Apa tidak boleh?’
‘E..ee..maksutmu?’
‘Apa kau masih mengingat kejadian
3 tahun lalu?’ langkah kaki Kai mendekati Sehun.
‘Hngghhh…aku mengingatnya.’
*FLASHBACK*
‘Sehun-ssi, kemarilah.’ Panggil
namja manis yang tengah mengupas mangga.
‘ada apa Kai?’ tanya namja satu
lagi yang diduga bernama Sehun.
‘aku ingin berbicara denganmu?’
‘Baiklah, tunggu sebentar.’ Sehun
berjalan mendekati Kai yang berada di tepi danau.
‘kau ingin berbicara apa?’
‘aku sudah berpacaran.’ Jawab Kai
antusias.
‘Benarkah? Dengan siapa? Memang
ada gadis yang mau denganmu?’
‘Buktinya, ada gadis yang mau
menjadi yeojachinguku.’
‘Memang siapa gadis itu?’
‘Dia adalah Kim Hyojin.’
‘K..kk..kim Hyojin? Siswa 9-3
itu?’ tanya Sehun memastikan.
‘iya kau benar Sehun-ssi.’
‘Apa kau tidak tahu jika aku
menyukainya sejak kita masuk SMP?’
‘benarkah itu? aku sungguh tidak
tahu mengenai itu.’
‘Kau pasti berbohong, kau pasti
tahu. Kau sengaja membuatku patah hati. Iya kan?’
‘Tidak, tidak seperti yang kau
pikirkan.
Amarah Sehun seakan berada di
titik tertinggi dan sulit untuk dikendalikan. Tangan Sehun mengambil sebilah
pisau yang sebelumnya dipakai Kai untuk mengelupas mangga tadi.
Ia arahkan ujung pisau itu di
perut Kai. Mata Kai terbelalak ketika pisau itu menancap sempurna di perutmya.
Usus-usunya terasa nyeri, cairan kental berwarna merah mulai keluar dan menodai
baju yang dikenakannya.
Sehun hanya terdiam melihat Kai
terbaring lemas. Nafas Kai sudah tidak stabil, Kai mulai melontarkan sebuah
kalimat yang dibilang adalah kalimat terakhir.
‘Kamshamnida Oh Sehun.
Saranghae.’ Sesaat setelah kalimat itu keluar dari mulutnya, mata Kai terpejam,
deru nafasnya juga sudah tak terdengar lagi, dan sekujur badan kai sudah pucat.
Keringat dingin terus keluar dari
badan Sehun ketika dia melihat jasad di depannya, jasad sahabatnya yang telah
ia bunuh.
Sehun menggotong jasad tersebut
ke sebuah pohon besar yang berada di area danau itu. Cangkulnya mulai menggali
tanah subur itu, setelah ia rasa cukup dalam dan pas untuk badan Kai, ia
masukkan jasad Kai tanpa upacara khusus.
Bayang-bayang Kai masih
menghantuinya ketika ia akan pergi tidur. Kai tinggal sendirian, akrena orang
tuanaya sudah meninggal. Oleh akrena itu, Sehun tak perlu khwatir jika orang
tua Kai mencai Kai.
*FLASHBACK END*
‘Lalu dimana sekarang jasadku?’
‘Aku tak tahu/’
‘kau bohong. Apakah kau ingin
bernasib sama denganku? Dibunuh oleh sahabatnya sendiri?’
‘Aku tak mengerti dari
perkataanmu.’
‘Apa kau sudah siap untuk
merasakan panasny api neraka?’
‘Sungguh jelaskan arti semua ini,
Kai.’
‘Kau jangan sok polos. Kau
beritahu aku dimana amyatku atau kau mati?’
‘aku tidaka kan memeberitahunya/’
‘Secara tidak langsung, kau
memilih mati.’ Kai semakin medekati Sehun dengan membawa sebilah pisau, mengingatkan
mereka berdua akan kejadian 3 tahun lalu.
Ketika Kai tepat berada di depan
Sehun, bahkan Kai bisa merasakan deru nafas Sehun yang menerpa wajahnya
sekaligus jantung Sehun yang berdetak lebih cepat karena ketakutan.
‘Masih ingin mati?’ tanya Kai
misterius.
‘Hmmm…menurutmu?’
‘Sebenarnya aku tidak tega
melakukannya. Ini penawaran terakhiku, aku mau memberitahuku atau mati di
tanganku?’
‘Baiklah, aku akan memberitahumu
namun aku tak tahu pasti, karena aku dengar jika tempat itu sudah mengalami
perubahan.’
‘Sudah cepat, beritahu aku.’
‘kau ingat danau biasanya kita
bermain, di pohon besar dekat danau itu aku meletakkannya. Aku ingin bertanya
padamu? Apakah kau mengenal Yoora?’
‘Yoora? Lee Yoora? Ya aku
mengenalnya dan aku menyukainya. Dan kau jangan dekati dia atau kau akan
bernasib sama denganku.’ Ancam Kai.
Kai pergi meninggalkan Sehun dan
pergi menemui Yoora. Ulang tahun Yoora tinggal 2 hari lagi, kai bingung ingin
memberikan hadiah apa untuk Yoora.
‘Yoora aku sudah tahu dimana jasadku?’
‘Benarkah? Darimana kau
mengetahuinya?’
‘memang siapa yang membunuhmu? Akan
ku laporkan polisi.’
‘tak perlu, aku sudah
memaafkannya.’
‘lalu kapan kita bisa kesana?’
‘besok pagi saja. Sekarang, kau
tidulah.’ Kai mencium sekilas kening Yoora.
‘Yoora-ssi, saranghae.’ Ucap Kai
liirih.
‘Haa? Apa yang baru saja kau katakana?’
‘Aku mencintaimu.’
‘Tapi Kai, aku tidak bisa
membalas cintamu. Aku menyukai Sehun.’
JEDAAAARRRRR
Dada Kai terasa sesak seakan
oksigen-oksigen yang akan masuk ke paru-paru terhalang oleh sesuatu.
‘Dia menyukai Sehun, mungkinkah
ini karma?’ tanya Kai pada dirinya sendiri.
‘Kai, apa kau tak apa?’ tanya
Yoora khawatir.
‘Ah, aku tak apa. Bukankah ulang
tahunmu tinggal 2 hari lagi?’
‘Ah iyaa, hampir saja aku
melupakannya. Di ulang tahunku nanti, kau harus memberiku kado special.’
‘Aku akan memebrikan kado yang
sangat special untukmu.’
Perbincangan mereka terus
berlanjut hingga larut malam, Yoora yang tidak bisa menahan matanya untuk
terjaga, meminta Kai untuk pergi dan mengijinkannya untuk pergi tidur.
Di sisi lain…
Di sinilah Kai sekarang, di atap
rumah Yoora, memandangi rasi bintang yang berganti setiap harinya serta
gemerlapnya ibu kota Korea Selatan –Seoul-.
‘Jika Yoora menemukan jasadku
besok, itu berarti pada saat hari ulang tahunnya adalah hari terakhir aku
bertemu dengannya. Mungkin kepergianku adalah hadiah special untuknya.’
****
Burung-burung kecil menari bahagia
di tengah-tengah pohon-pohon rindang. Air danau yang terkena biasan cahaya sang
mentari berkilau-kilau seakan terdapat banyak belian di dalamnya.
Kai dan Yoora berjalan beriringan
dengan hati yang bahagia dikarenakan sebentar lagi jasad Kai akan ditemukan.
‘Kai, aku bahagia. Karena sebentar
lagi jasadmu akan ditemukan dan aku akan menyemayamkan sesuai dengan adat kita.’
‘benarkah itu?’ tanya Kai dengan
aut kekecawaan.
‘Iya.’
Tak lama mereka berjalan, Kai
membawa Yoora ke sebuah pohon besar yang berada di dekat danau.
‘Mungkin disini, tolong galilah !’
pinta Kai.
‘Baiklah.’
Yoora menuruti permintaan Kai dan
segera menggali tanah dengan cangkul yang dibawanya dari rumah. Setelah cukup
alma menggali, cangkul milik Yoora merasakan sesuatu. Dan ternyataitu adalah jasad
Kai yang sudah tidak terlalu jelas bentuknya karena sudah 3 tahun laamnya
terpendam.
Yoora dengan rasa sedikit takut,
menarik jasad itu kelua. Bau-bau kurang sedap mengelilingi indra penciumannya.
‘Kai, apa ini kau?’
‘Ya, lihat saja, baju yang ku
kenakan sekarang sama dengan baju yang dipakai jasad itu.’
‘Ya, aku akan segera menguburmu’
Matahari semakin tinggi, udara
juga semakin panas. Yoora membawa jasad itu ke makam terdekat dan meminta
petugas makam membantunya untuk mengubur jasad Kai.
Setelah semua prosesnya selesai,
Yoora melirik arwah kai yang sedari tadi memang di samping Yoora.
‘Kau terlihat tidak senang.’
‘Haa? Aku…..aku sangat senang.’
‘kalau kau senang, kenapa kau
daritadi terus-terusan melamun?’
‘Aku hanya memikirkan apa yang
harus aku berikan padamu besok.’
‘Jangan terlalu memikirkan itu,
kau berada di sampingku dan mau mendengarkan cuhatku itu sudah cukup.’ Yoora
tesenyum simpul.
‘Lebih baik kita pulang saja dan
kau mempersiapkan untuk besok.’
Meanwhile…
‘Itu bukan salahku, aku tidak mau
mati. Kau pergilah.’ Sehun terus beteriak seperti itu. Sehun masih
terbayang-bayang ancaman Kai.
‘Aku tidak membunuhnya, aku bukan
pembunuh.’
Sehun sudah beberapa kali dibawa
ke dokter jiwa dan psikolog, hasil pemeriksaannya pun juga sama jika Sehun
mengalami frustasi dan harus dirawat di rumah sakit jiwa.
November, 28th 2013
Hari itu tiba, hari dimana
seorang Lee Yoora berusia 19 tahun. Ponsel Yoora terus bergetar, pesan masuk
terus diterimanya. Yoora membuka satu persatu pesan dari keluarga maupun
teman-temannya.
Yoora eonnie, happy birthday
Yoora-ah, kau tumbuh begitu cepat. Saengil chukka. Saranghae
Yoora-ah, happy birthday. Cepatlah berpacaran dengan Sehun. Kalian terlihat
serasi.
‘Sehun, ya Sehun. Kenapa kau
belum mengucapkan selamat ulang tahun padaku? Bete.’
Malam pun tiba, satu per satu
teman Yoora berdatangan. Namun, orang yang ditunggu tak kunjung datang. Akhirnya,
Yoora mencoba menanyakan keberadaannya kepada salah satu temannya.
‘Hyojung-ah, apa aku tidak
melihat Sehun?’
‘Apa kau tidak dengar, jika Sehun
mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat di rumah sakit jiwa.’
‘benarkah?’
‘untuk apa aku berbohong padamu.’
Seketika tubuh Yoora
lemas,semacam tak ada energi untuk berdiri ketika mendengar berita jika orang
yang ia cintai mengalami gangguan jiwa.
Mood Yoora sudah hancur, Yoora
mempercepat acaranya agar cepat selesai. Setelah semuanya selesai, Yoora
bergegas membersihkan badannya dan pergi menuju atap rumahnya untuk merilekskan
pikirannya.
‘Sehun. Oh Sehun apa yang menyebabkanmu
gila?’ Yoora terus bergumam menyebut nama Sehun.
‘Kai, kai dimana dia? Bukankah dia
sudah berjanji akan memberikan akdo special untukku. Dasar setan pembohong.’ Tiba-tiba
pikirannya menanyakan keberadaan Kai yang sedari tadi tidak terlihat batang
hidungnya.
‘Jadi, Kai meninggalkanku setelah
aku berhasil membantunya. Tak ada balasan, oh dasar setan.’ Yoora terus saja
mengoceh sendiri.
Kai datang, kali ini Kai terlihat
berbeda. Dia menganakan baju putih bersih selayaknya seorang malaikat serta
wajahnya yang bersinar terang dan dihiasi dengan senyum manisnya. Yoora yang
melihat perubahan Kai, hanya melotot kaget nan terpesona.
‘K..kau…k..kk..kai?’ tanya Yoora
dengan mata yang masih berbinar-binar.
‘ne, Lee Yoora.’
‘Kau dariman saja?’
‘aku sedang mempersiapkan kado
untukmu.’
‘lalu dimana kadoku?’ tangan Kai
yang menadah di hadapan Kai.
‘Sebelumnya aku ingin mengatakan
sesuatu padamu.’
‘cepatlah !’
‘Yoora, Lee Yoora, saengil
chukkahamnida. Terima kasih kau telah membantuku, terima kasih kau telah
menemaniku, dan terima kasih sudah menjadi bunga jiwaku. Saranghae.’ Ucap Kai
panjang lebar seraya kedua tangannya memegang pipi Yoora dan mekuncurkan ciuman
hangat di kening Yoora. Yoora sedikit menahan air mata harunya.
‘Lalu mana hadiahku?’
‘Hadiahmua dalah aku akan pergi
dari kehidupanmu.’
‘Apa maksutmu?’
‘Ya, aku akan pergi dari
kehidupanmu. Karena jasadku sudah disemayamkan jadi aku tidak bisa hidup di
bumi seenaknya. Bukankah kau senang jika aku pergi? Kau bisa berjalan berdua
dengan Sehun tanpa ada aku yang melarangmu.’
‘Tidak, aku berharap kau tetap
ada di sampingku. Hanya kau yang berhasil membuatku nyaman.’
‘Tapi Yoora, dunia kita berbeda. Kau
manusia, sementara aku…setan. Kau hanya mimpiku dan aku tahu itu.’
‘Kim Jongin, tolong tetaplah
tinggal disini. Aku tidak ingin kehilangan orang yang ku sayangi pergi
meninggalkanku.’ Air matanya mulai turun membasahi pipinya.
‘kau bisa menemuiku di makamku,
aku yakin jiak gadis cantik sepertimu akan menemukan pria tampan untuk
kehidupanmu kelak.’ Kai memeluk Yoora yang masih menangis.
Angin berhembus lembut menerpa
tubuh kedua remaja itu. seiring dengan berhembusnya angin, tubuh Kai juga
sedikit demi sedikit ikut menghilang.
Yoora yang menyadari akan hal
itu, melepaskan pelukannya dan menggenggam erat tangan Kai agar tetap
dengannya.
Takdir berkata lain, Kai
menghilang dalam hembusan angin malam. Yoora hanya bisa menangis dan meratapi
takdirnya.
Awan-awan hitam mengahalangi sang
mentari untuk memancarkan cahayanya. Yoora terbangun malas dari tempat
tidurnya, matanya sembam menandakan jika dia menangis semalaman.
Dia bergegas ke kamar mandi untuk
membersihkan tubuhnya dan mengenakan pakaian berwarna gelap.
‘Eomma, aku pergi sebentar.’ Teriaknya
malas dan menutup pintu utama rumahnya.
Yoora terus berjalan tak athu
arah, pandangannya kosong dan dia juga sempat hampir tertabrak mobil.
Langkah kakinya terhenti pada
sebuah gedung berwarna putih, ia masuk dan segera mencari pasien bernama Oh
Sehun.
Dia terus melangkah hingga dia
menatap nanar sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat remaja laki-laki, ya dia
adalah Sehun. Tangan dan kaki Sehun terikat, ruang geraknya terbatas.
Menurut suster yang berada disana, Sehun sering
melakukan percobaan bunuh diri dan harus diikat.
‘Aku ingin pulang, aku bukan
pembunuh. Aku sayang Kai, aku tidak membunuh Kai.’ Teriak Sehun yang membuat
Yoora membungkam mulutnya tak percaya.
Bulir-bulir air amta yang sedari
tadi menggenang di pelupuk matanya kini sudah jatuh bebas menyelusuri pipi
putihnya. Yoora masih tak menyangka jika yang membunuh Kai adalah Sehun.
Yoora tidak sanggup melihat
keadaan ini dan pergi berlalu sambil punggung tangannya mengusap jejak-jejak
air matanya.
Kaki jenjang Yoora terus
melangkah dan melangkah menjauhi rumah sakit jiwa itu hingga akhir langkahnya
terhenti di sebuah gundukan tanah yang terlihat masih basah.
Yoora berlutut di hadapan
gundukan bernisan ‘Kim Jongin’.
‘Kai, bagaimana kabarmu? Aku
merindukanmu. Aku sudah tahu siapa yang membunuhmu. Dan aku tahu sekarang
kenapa kau selalu melarangku mendekati Sehun. Dan di kemudian hari, aku harap
bertemu seseorang yang sepertimu. Kim Jongin, saranghae.’ Yoora tersenyum
manis. Meletakkan sebuah rangkaianbunga baby’s breath dan mawar merah disana.
Dan kini, Yoora mengerti jika
seseorang yang dia anggap baik tak sepenuhnya baik dan cinta bisa datang ke
siapa saja tanpa mengenal ruang dan waktu. Lalu, jangan menyia-nyiakan orang
yang menyayangimu.